Berita Lengkap

Webinar Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil Bagi Pasangan Usia Subur

Dalam rangka membantu proses persiapan kehamilan bagi para ibu, Kementerian Kesehatan RI memiliki program Merencanakan Kehamilan Sehat untuk pasangan usia subur yang didukung oleh berbagai pihak dalam beragam platform. Salah satu upaya program tersebut adalah mengadakan webinar bertajuk Webinar Pelayanan Kehamilan Sebelum Hamil bagi Pasangan Usia Subur (PUS) pada 8—9 November 2021 melalui Zoom. Acara ini menghadirkan beberapa narasumber untuk menjelaskan persiapan kehamilan yang sehat, yakni dr. Lovely Daisy, MKM, Kasubdit Kesehatan Usia Reproduksi Kementerian Kesehatan RI, beserta Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG-KFER dan Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), MPH, keduanya merupakan Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Rangkaian Hari Pertama

Rangkaian acara ini dibuka oleh dr. Erna Mulati, M.Sc., Kepala Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI. Kehamilan yang ideal adalah kehamilan yang direncanakan, tutur Erna. Sejatinya, proses kehamilan yang tidak direncanakan dapat berdampak sangat besar: dari kematian ibu, pengabaian kesehatan ibu dan anak, sampai pengabaian hak-hak anak.

Daisy mengawali paparannya dengan menunjukkan kondisi ideal untuk menunjang kehamilan yang dimulai dari masa calon pengantin (catin). Usia ideal bagi perempuan untuk memiliki anak adalah 20—35 tahun dengan jumlah anak idealnya < 3 orang. Jarak kehamilan dianjurkan > 2 tahun dan tidak memiliki masalah kesehatan tertentu.

Selanjutnya, ia menjelaskan konsep pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bagi catin dan PUS. Program Merencanakan Kehamilan Sehat dirangkum oleh tangkapan gambar di bawah ini.

Selanjutnya, Daisy menjelaskan dengan ringkas masa subur, proses kehamilan, tanda-tanda kehamilan. Tips untuk menjadi orang tua yang baik juga turut dibagikan dalam paparannya.

Materi kedua disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG-KFER yang berjudul Pencegahan dan Penanganan Infertilitas. Gangguan kesuburan, atau subfertilitas, didefinisikan sebagai pasangan yang melakukan hubungan seksual yang teratur tanpa kontrasepsi selama 12 bulan dan belum terjadi kehamilan. Umumnya, sekitar 75% pasangan akan hamil pada 6 bulan pertama pernikahan. Selanjutnya, Wiweko menunjukkan bahwa gaya hidup dan pekerjaan berkaitan dengan kesuburan. Jadi, hati-hati dalam gaya hidup dan pajanan yang didapat dari pekerjaan karena bisa memengaruhi kesuburan, tutur Wiweko

Topik berikutnya dilanjutkan oleh Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), MPH. Ocviyanti membawakan paparan dengan judul Persiapan Kehamilan Sehat bagi Pasangan Usia Subur. Asuhan prakonsepsi bertujuan untuk meningkatkan kesehatan calon ibu untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas ibu dan anak. Sasaran asuhan ini adalah pasangan usia subur dan remaja perempuan.

Buku KIA revisi 2020 sudah bisa menjadi standar dokter umum dan bidan dalam melakukan pelayanan kehamilan, sebut Ocviyanti.

Ocviyanti juga turut menyoroti pentingnya skrining kesehatan untuk mencegah masalah-masalah yang sering diamati pada wanita hamil. Contohnya adalah ibu hamil yang malnutrisi dan anemia meningkatkan risiko stunting. Padahal, stunting membawa banyak dampak buruk dalam kehidupan anak, seperti mudah sakit, kemampuan kognitif kurang, sampai menimbulkan kerugian ekonomi. Sayangnya, stunting sering dikaitkan dengan lingkaran setan yang terus bergulir.

Rangkaian Hari Kedua

Pada hari kedua, dr. Wira Hartiti, perwakilan dari Direktorat Kesehatan Keluarga memandu jalannya acara sebagai moderator. Bahasan hari kedua melengkapi paparan seputar masa pelayanan sebelum hamil bagi PUS.

Paparan pertama yang bertajuk Pentingnya Perencanaan Kehamilan dengan Penggunaan Kontrasepsi pada PUS Berisiko Kesehatan disampaikan oleh dr. Ilyas Angsar, SpOG-KFER. Ilyas memulai dengan pentingnya perencanaan kehamilan yang baik dari aspek mental, fisik, sampai kesiapan finansial. Risiko pada ibu maupun bayi seringkali tidak terdeteksi sejak awal sehingga meningkatkan kerentanan ibu.

Kehamilan tidak diinginkan (KTD) merupakan kehamilan yang terjadi ketika seseorang tidak merencanakan kehamilan. Pada umumnya, penyebab KTD antara lain kurangnya pendidikan, kendala sosial ekonomi, kegagalan penggunaan kontrasepsi, kurangnya pengetahuan mengenai kontrasepsi, sampai alasan kesehatan. Perempuan dengan risiko kesehatan tertentu harus punya kontrasepsi dengan karakteristik khusus untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Selanjutnya, Ilyas menjelaskan roda KLOP untuk pemilihan metode kontrasepsi bagi risiko kesehatan yang dimiliki wanita. Berikut adalah langkah-langkah menggunakan roda KLOP.

Paparan kedua pada rangkaian acara kedua disampaikan oleh dr. Ekarini Aryasatiani, SpOG(K), Anggota Panel Ahli HIV Subdit PPIA Kementerian Kesehatan RI. Materi yang dibawakan berjudul "Persiapan Kehamilan bagi Pasangan ODHA". Ekarini memulai presentasinya dengan menjelaskan bahwa virus HIV adalah virus yang menyerang dan melawan sistem pertahanan tubuh. "Risiko penularan HIV dapat diturunkan dengan meminum ARV dan teratur seumur hidup," sebut Ekarini. Selanjutnya, Ekarini menampilkan tabel seputar kelayakan pasangan ODHA yang ingin memiliki momongan. Kehamilan dari ibu dengan HIV sangat perlu dipersiapkan, harus patuh minum ARV dan gunakan kondom, tutur Ekarini.

Menurut Ekarini, HIV dapat meningkatkan risiko kejadian buruk bagi ibu, seperti komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas. Risiko komplikasi yang umum terjadi berkutat seputar infeksi maupun anemia. Di sisi lain, status HIV akan memengaruhi pilihan metode persalinan. Apalagi ditambah dengan stigma dan diskriminasi dari orang sekitar yang harus dihadapi ibu, jelas Ekarini.

Adapun risiko bagi bayi untuk terjangkit HIV bergantung dengan kepatuhan ibu dengan HIV dalam berobat. Apabila ibu patuh berobat selama kehamilan, melahirkan, dan nifas, hanya kurang dari 2 dari 1000 bayi yang akan mendapatkan HIV. Sementara itu, sekitar 20—50 dari 100 bayi memiliki risiko tertular HIV apabila ibu tidak rajin berobat.

Rangkaian acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, yang sekaligus menutup acara Webinar Persiapan Sebelum Hamil untuk PUS.